Solid

Selalu ada tempat di pikiran gue untuk memutar ulang masa lalu. Asyik rasanya mengingat-ingat hal-hal bodoh yang pernah dilakukan masa sebelumnya. Ketika masih naif, dan menjunjung tinggi hal yang ga perlu untuk dijunjung tinggi misalkan solidaritas.

Sebenarnya, nggak perlu solid ketika lo punya yang namanya rasa kasihan dan kasih sayang ke orang. Sebuah (gadeng itu dua buah) perlakuan sederhana yang membuat hidup jadi lebih indah tanpa harus dengan embel-embel 'keluarga' 'dia temen main gue' atau lainnya.

Sekadar rasa kemanusiaan yang sewajarnya bagi orang yang memang membutuhkan.

Karena, ga semua orang punya rasa kebermilikan setinggi itu. Atau bahkan, mereka sudah tidak percaya akan adanya rasa kebermilikan atau solidaritas. Karena, mereka dibohongi dengan kata-kata tersebut tetapi akhirnya kenyataan berbalik? Yang menggagas ide itu justru menghilang dan lenyap bersama contoh-contoh baik yang mereka beri.

Tapi ada baiknya juga punya rasa solid yang tinggi karena mungkin menemukan jati dirinya di sana, atau menemukan keluarga lain di mana ia diterima dan bisa bebas berkarya. Tentu tidak boleh menghakimi apapun pendapat dan keputusan seseorang jika kita tidak tahu alasan sebenarnya bagaimana.

Dua hal yang bertolak belakang ini yang membuat dinamisnya sebuah organisasi, atau bahkan sebuah lingkaran pertemanan. Salah satu orang bertahan mati-matian untuk menjaga hubungan baik, sedangkan sisanya ongkang-ongkak kaki karena they take for granted another's love and affection because they think everyone will stay no matter what.

---

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topik Nggak Penting Tapi Penting: Mini Heart Attack

Emangnya Cinta Butuh Alasan?

Malming Suram