20:50

Setiap Ibu pasti memiliki menu andalan yang akan selalu dimasak ketika anak-anaknya pulang ke rumah. Masakan itu akan selalu mengingatkan anaknya untuk 'pulang'. Entah melepas rindu, mengobrol hangat, atau hanya sekadar mencoba masakan.

Sama seperti Mama gue.

Gue paling senang kalau Mama masak sambal, tempe, ayam goreng. Kadang jika ada sambal teri medan gue lebih suka lagi. Gue bisa ngabisin beberapa piring sendiri bahkan.

Yha inilah rahasia dietku gagal selalu guys.

Karena Mama adalah anak dari Eyang Kakung (sebenernya namanya Eyang Tari cuma enakan dipanggi itu he) dan Eyang Titin, tentunya Mama punya masakan kesukaan. Makanan kesukaan Mama kalau pulang kampung yaitu sambal ikan pari, beberapa jenis sayur, dan lapis daging.

Eyang Titin akan berusaha memasakannya ketika Mama pulang ke rumah. Ketika Mama meminta kita buat nyobain masakannya Eyang Titin. Dan rencana diet gue semakin dikesampingkan.

Hal ini terus terjadi sampai beberapa waktu ke belakang di mana Eyang Titin ketabrak motor ketika mau ke pasar. Sejak saat itu Eyang ngga bisa jalan. Anak-anaknya patungan untuk operasi. Dan selesai operasi, kaki Eyang tetap begitu, dan beliau lupa sama banyak hal.

Mama selalu menyayangi Eyang sebesar Mama menyayangi kami keluarganya di rumah. Di tengah kesibukannya bekerja, Mama selalu menghubungi Eyang dan menanyakan kabarnya.

Ternyata, Mama juga sering sakit. Perlengeketan usus di tahun 2016 kemarin membuat Mama jarang ke Kampung. Lama-lama kondisi Eyang Titin menurun.

Mama tetap bekerja, dan dipindahkan ke Pamulang. Sangat menyulitkan bagi Mama untuk menjaga kesehatannya. Tapi Mama selalu nanya kabar Eyang, terutama Eyang Titin.

2017, Mama berhenti kerja. Dia mau beristirahat dan berencana mau bener bener mengurus Eyang dengan rutin. Lebaran kemarin, kami buru-buru karena Adek gue bakal berangkat ke luar negeri untuk festival. Kami berjanji akhir bulan Agustus ini akan pulang kampung lagi.

Mama ternyata menderita kanker. Walaupun masih stadium awal, Mama harus operasi dan rutin untuk terapi ke Rumah Sakit. Mama sering mual-mual, dan nggak nafsu makan. Berat badannya turun 10 kilogram. Otomatis rencana kami pulang kampung pun terhambat karena harus menunggu kondisi Mama pulih.

Kemarin malam, Papa meminta gue untuk menenangkan Mama yang menangis. Kata Papa, Eyang Titin udah diam aja ketika diajak ngobrol. Kemarinpun ketika Mama menelepon, Eyang Titin juga udah gak mau ngomong. Mama menangis terus. Gue berusaha menenangkan. Mama ngotot tetap ingin pulang. Tetapi gue meminta Mama agar besok terapi dulu baru nanya ke Dokter apakah bisa pulang atau nggak.

Jam setengah lima pagi hari ini, gue ditelepon. Perasaan gue nggak enak kalau ditelepon jam segini. Budhe gue mengabarkan bahwa Eyang Titin udah nggak ada.

Innalillahi wainna ilaihi rojiun.

Gue nggak sampai hati untuk mengabarkan ini langsung ke Mama. Jadi gue meminta Papa mengabarkannya. Gue masuk ke kamar, dan nggak lama kemudian tangisan terdengar dari kamar.

---

Banyak hal yang gue ddapatkan dari rangkaian peristiwa ini. Tetapi, satu hal yang gue inginkan.

Gue ingin berbakti kepada orang tua seperti Mama sangat berbakti dan sayang kepada Eyang.

Memandikannya kalau di rumah
Membelikannya baju terbaik
Mengajak ngobrol walaupun tak paham

Gue selalu melihat Mama tersenyum dan mengangguk-angguk ketika Eyang berbicara, padahal yang keluar hanya gumaman.

Sering gue melihat Mama ciumin wajah Eyang Titin ketika tidur atau ketika mengobrol. Gue pikir itu hanya gestur biasa.

Tetapi gue sadar itu kemewahan yang kita gak tau kapan itu bakal berakhir.

Sering gue menyaksikan Mama menyuapi Eyang Titin dengan telaten, mengelapi makanan yang berceceran di mulutnya

Karena menyuapi orang tua ketika sudah tua pun ngga ada apa-apanya dibanding perjuangan mereka

Karena itu adalah cara sederhana kita buat berbakti

Karena selama orang tua masih ada, sayangilah dengan sebaik-baiknya kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topik Nggak Penting Tapi Penting: Mini Heart Attack

Emangnya Cinta Butuh Alasan?

Teman-Teman Gahul