Minggu minggu laknat.

Halo para pembaca blog! Kali ini gue akan membahas minggu-minggu terberat dalam semester ganjil kelas genap di alba 10.

Minggu ini dimulai tanggal 19. Yak. 19. Gue 6 bulan!!! Dan bayangkan. Hari pertama di minggu yang seharusnya bahagia ini sudah diawali dengan malapetaka. Ampun dah. Mati aja lo.

Pagi hari diawali dengan biasa aja. Bertatap muka dengan temen, ledek-ledekan, nyontek peer, menggalau bersama, dan segudang kegiatan gak penting bermanfaat lainnya. Pak Musyaffa, wali kelas kita dateng. Kegiatan kelas pun di mulai dengan aman damai sentausa. Tadarrus al-quran pul tetap lancar jaya. Dan tiba-tiba Bu Eva, guru BK dateng. Jeng jeng. Feeling gue gak enak. Alamat bakalan ada razia. Untung saja, sejak kejadian razia hape di kelas 7 waktu itu gue gak berani membawa hp kamera (kecuali kalo ada urusan lomba hari sabtu. Gue masih aman) sampe sekarang.

Sebelumnya, gue udah megang hape sampe mobil. Namun karena memikirkan kejadian laknat hampir setahun yang lalu itu gue akhirnya menaruh hape gue itu di dashboard mobil.

DAN SEKARANG TERBUKTI! HAH! *jeng jeng zoom in zoom out muka ala sinetron* Pak Musyaffa memberitahukan bahwa hari ini ada razia. Yang sepatunya bukan warna hitam, diambil, kukunya panjang, dipotong, dan rambutnya panjang, digunting. Bagi yang bawa hape tentu saja disita. Razia sesi pertama menjaring Bhara dan Putri. Gue divonis berkuku panjang. Yaampun!! Padahal itu gak panjang banget. Kebetulan, guru gue bawa gunting kuku. Dan gunting kukunya dipakai. Dan kebetulan, gak ada yang rambutnya panjang. Akhirnya. GUE DIKASIH GUNTING KERTAS! Bayangkan! Dan kata guru gue, “Kamu coba dulu deh. Siapa tau aja bisa.” Yaudah gue coba pelan-pelan. Dan ternyata BISA! Dan, baru 1 jari gue dikasih gunting kuku. Alhamdulillah yah. Sesuatu banget gitu.

Bu Eva dan Pak Musyaffa keluar, kelas kasak-kusuk. Banyak yang mukanya lega dan mukanya tegang dan muka menahan pup. Pak musyaffa kembali datang. Dan ternyata masih ada yang belom menyerahkan hape berkamera. Jeng jeng. Razia hape sesi dua dimulai. Oke ada yang menyerahkan. Pak musyaffa ambil tugas ke ruang guru. Ada yang nangis sesenggukan karena hapenya diambil. Dan ada yang lega karena gak ketahuan. Demi keamanan Negara, gue rahasiakan namanya.

Dan hari ini, setelah istirahat pagi. Gue melihat temen gue, Bret sedang menebok nebok penghapus di meja guru. Mungkin iseng. Walhasil, meja guru menjadi hitam legam.

Apip (A) : “Eh, bret jangan nebok nebok penghapus di meja guru. Ntar item loh, nanti gurunya si itu lagi.”

Bret (B) : “… (melanjutkan kegiatan menebok nebok penghapusnya)”

Apip : (berlalu, agak gundog gak didengarkan)

Akhirnya guru itu datang. Pada saat dia naruh tangannya yang terbalut dengan kemeja panjang itu, kemejanya menyentuh debu penghapus yang hitam legam itu! jeng jeng.

Guru : “WAH! Bagaimana ini? Kok kotor? Bisa dimarahi istri saya kalau begitu!”

Dari kalimat/pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa: Guru tersebut adalah ikatan STI. Suami Takut Istri.

Walhasil beberapa teman yang duduk di depan, termasuk gue denger. Gak deng, semuanya denger karena dia ngomong keceng banget. Semua ketawa pelan, tapi cekikikan gitu. Yasudahlah, gurunya galak ini. Mana dia bawel banget pulak. Cpedew.

Oke udahan dulu yak si apip menemani kalian semua!

Insya Allah dilain kesempatan ada lagi kok tenang saja ;)

Regards,

Admin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topik Nggak Penting Tapi Penting: Mini Heart Attack

Emangnya Cinta Butuh Alasan?

Teman-Teman Gahul