Apa itu Semesta?

Ngga ada yang spesial dengan pertemuan gue dengan dia. Ngga ada kata-kata manis mengenai konspirasi semesta dan pengaruhnya terhadap hubungan gue dan dia di awal yang biasa-biasa aja itu. Hanya kesempatan yang melebarkan ruangnya untuk gue, dan gue yang berusaha agak lebih dari biasanya sehingga gue bisa dekat dengan dia.

Dia, pertama kali gue bertemu dengan dia di Kelas XI awal. Ketika gue sekelas sama dia. Di minggu awal sekolah, betapa magernya lo sekolah ditambah dengan suasana puasa yang membuat lo makin ngga ada alasan untuk sekolah. Di hari pertama datanglah guru killer untuk mengisi jam awal belajar.

DAN DIA NGGAK DATENG AJA DONG. WEH SI DUDUNG.

Sebenernya udah first impression yang aneh-aneh aja sama ini anak. Cuma gue berusaha tetap berpikir positif bahwa pertemuan pertama biasanya Cuma perkenalan doang. Akhirnya udah mulai berusaha sok asik aja gitu ke dia. Padahal mah gue tau dia dalem hati pasti ngebatin yang enggak-enggak soal gua nih. Sok asiknya tau ngga sih ngapain? Kaya ajak ngobrol aja temennya terus nanya pendapat dia soal suatu hal.

Such a classic way, eh?

Banyak hal yang terjadi setelah itu. Dia yang bercerita banyak hal. Gue yang bersama dia. Gue yang tidak yakin pada awalnya. Dia yang menangis. Gue yang menenangkan. Dia yang panik, gue ikutan panik.Ya, gue sama dia orangnya super panikan jadi mohon dimaklumi saja pemirsa di rumah.

Suatu hari Selasa, gue mengutarakan perasaan ke dia di depan sebuah ruangan kelas super panas bernama 2.02 (niscaya ruangan itu jadi ruangan super dingin dengan 3 AC yang membuat lo ngantuk, apalagi ketika pelajaran Mat Minat). Dia hanya bisa cengar-cengir dan ngangguk dan dilihat sama orang seluruh penjuru bumi  ini.  Dua tahun penuh drama dan komedi dan kesenangan. Sampai akhir tahun lalu.

Sampai sekarang dia gue masih dia. Belum berubah ke orang lain. Mungkin dengan berjalannya waktu, gue semakin terbuka dengan orang dan berhubungan dengan mereka. Tapi, untuk saat ini rasanya masih belom sanggup untuk melepaskan kaitan ini. Dan ditambah dengan kenyataan bahwa dia udah milik orang lain sekarang. Rasanya seperti tertampar dan diteriakin di kuping, “DIA UDAH BUKAN PUNYA LO LAGI CUK,”

Mungkin di lain kesempatan, gue sudah akan menceritakan pertemuan gue dengan dia yang baru. Tapi, mungkin untuk saat ini gue istirahat dulu. Berlari mengejar orang yang ternyata naik kereta api memang sudah salah (entah ini analogi apa, biar keren aja). Semoga semuanya baik-baik saja kedepannya.


TANTANGAN HARI KE 4 NYA DI HARI KE 5 MAAF YA HEHEHEHE.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topik Nggak Penting Tapi Penting: Mini Heart Attack

Emangnya Cinta Butuh Alasan?

Teman-Teman Gahul