Gue Nggak Suka Nonton Film

Gue anaknya ngga suka film banget. Nggak suka blas. Entah kenapa gue orangnya nggak visual banget lebih suka baca buku atau mendengarkan cerita. Dan ketika gue memperhatikan sedikit film ini, banyak hal yang gue dapatkan dari film tersebut. Mungkin tiga film yang berkesan bagi gue... dan kejadian yang terjadi di sekitar mereka.

1.    1. Sabtu Bersama Bapak
Film ini mengajarkan gue banyak sekali hal, menjadi orang yang lebih baik dan menjadi orang yang ngga kaya begitu. Banyak hal-hal jelek yang pernah gue alami yang melibatkan sifat yang sangat berlawanan dengan hal-hal yang diajarkan di Sabtu Bersama Bapak. Bagaimana Bapak di film itu berinteraksi dan membesarkan anak-anaknya dalam keadaan yang tidak memungkinkan. Bagaimana Bapak di film itu menjadi sosok untuk anak-anak mereka. Bagaimana Bapak di film itu mengajarkan anak-anaknya walaupun sudah tiada. Itu hal yang sangat keren bagi gue. Sebagai orang yang feeling 100 persen di 16personalities.com, saya nangis sesenggukan di bioskop. Bye.

2.  2. Munafik
YA ALLAH BERKESANNYA KARENA NONTONNYA INI JAM 7 PAGI. Pagi-pagi nonton film sama temen-temen, deadline tugas menumpuk tapi  anak-anak tetep batu nonton film. Film ini cerita tentang kehidupan Ustadz yang hobi rukyah orang-orang yang kesurupan. Dan banyak kejadian serem yang menimpa si Ustadz ini. Asal lu tau, sepuluh menit pertama gue nonton film itu GUE TERIAK TERIAK AJA DONG UDAH KEK ORANG KESURUPAN. Gue mepet ke temen gue, muka gue tutupin pake bantal, tapi gue juga dipepet sama temen gue juga. Jadi gue bernaung sambil menjadi tempat bernaung bagi orang lain. Pak. Itu pertama kali nonton film horror. Dan itu sungguh menyiksa batin saya yang lemah ini. Apalagi pas adegan klimaks di mana bapak Ustadz ini bawa-bawa jenazah istrinya yang dibongkar dan dikasih lihat ke anaknya (yang udah meninggal juga ternyata tapi dia ga tau). Gue teriak aja dong kaya naik wahana Dufan bye. Gue sampe sekarang masih berasa seremnya. Coy apa lu rasa orang kesurupan muntah paku ?!?!?!?! Guys apa yang lo pikirkan selain melarikan diri dari tempat nonton dan berlindung di tengah keramaian? Tapi lo malah melanjutkan mengiris jantung lo pelan-pelan (baca: nonton film itu) dan menutup muka sekian detik sekali karena keseraman film itu.

3.  2012
Throwback ke zaman kelas 6 SD di mana Blackberry menjadi sebuah kemewahan pada masa itu. Datang berbondong-bondong dengan teman SD (berasa paling keren pada saat itu) dan jalan bergegas ke XXI. Duh, berasa keren banget gue saat itu. Karena 2012 itu sangat HEITZZZ pada masanya, gue nonton dengan berdebar-debar. Coy, anak kelas 6 SD disuguhkan film bencana hanya akan membuat otak anak kelas 6 SD berputar dan terjadilah dua kemungkinan: 1. Ketakutan dengan itu, atau 2. Mencari sumber bencana dan mengaitkan dengan teori asal-asalan. Gue lebih ke arah yang pertama. Ya Tuhan itu liat ombak menggulung-gulung berasa kek mau diputer-puter perut gua alias mules banget. Dan, mulai dari situ kesenangan gue terhadap film disaster mulai meningkat. Walaupun ngga suka suka banget Cuma lebih sering nonton sampe habis film disaster dibandingkan film yang lain.


Sebenernya udah ngga ada lagi film yang berkesan. Suka lupa film apa. Pokoknya film drama kalo itu bagus banget, gue sampe nangis sesenggukan oke bye.



Komentar

  1. Halo!
    Yup, film 2012 juga cukup mengesankan untuk saya. Apalagi memang saat itu sedang heboh-hebohnya kiamat, ya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topik Nggak Penting Tapi Penting: Mini Heart Attack

Emangnya Cinta Butuh Alasan?

Teman-Teman Gahul